Wisata Budaya Indonesia

DESTINASI WISATA BUDAYA INDONESIA

     Terdiri dari sekitar 17.504 pulau yang membentang dari Sabang hingga Merauke, tak heran jika negara kepulauan yang satu ini memiliki budaya yang sangat kaya dan beragam. Wisata budaya sendiri sangat cocok untuk kamu yang suka mencari pengalaman baru dan ingin mempelajari kebudayaan baru. Hal ini karena di tempat-tempat wisata budaya, kamu dapat melakukan banyak sekali kegiatan seru, seperti menikmati festival-festival budaya, mencicipi makanan khas, serta berinteraksi langsung dengan penduduk lokal.

Baca Juga : Kearifan Lokal dan Budaya Indonesia

    Nah, berikut ini merupakan daftar destinasi wisata budaya di Indonesia yang tak hanya menarik, tetapi juga dapat menambah wawasan kamu.

1. Pulau Samosir,Sumatra Barat

Mengenal destinasi pulau samosir

    Sumatra Utara, Pulau Samosir merupakan sebuah pulau yang berada di tengah-tengah danau terluas di Indonesia, Danau Toba. Melansir dari Indonesia.go.id, dengan luas kurang lebih 640 kilometer persegi, pulau ini menempati posisi kelima dalam peringkat 10 Pulau terbesar di dunia yang berada di tengah danau.


    Tak hanya keindahan alamnya saja, pulau ini juga menyuguhkan berbagai tempat wisata yang kental akan budaya Batak yang tak kalah menarik. Dengan perpaduan dua aspek ini, Pulau Samosir menjadi destinasi yang diminati banyak wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tempat-tempat wisata budaya yang dapat kamu kunjungi di pulau ini adalah Batak Museum, Makam Tua Raja Sidabutar, Patung Sigale Gale, dan masih banyak lagi.Untuk sampai ke pulau ini, kamu memiliki dua pilihan transportasi, yaitu dengan menggunakan kapal ferry atau menggunakan transportasi darat.


2. Kampung Naga, Jakarta Barat
Mengenal kampung naga

    Kampung Naga merupakan salah satu kampung adat yang masih memegang teguh nilai budaya dan adat istiadatnya, bahkan di era modernisasi saat ini. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan alat bertani yang masih tradisional, aturan ketat dalam membangunan rumah-rumahnya, mata pencaharian yang sederhana, serta berbagai kesenian yang masih lestari, seperti terbangan, angklung, beluk, dan rengkong.

    Kata "Naga" pada Kampung Naga tidak ada kaitannya dengan naga sebagai makhluk mitologi Tiongkok. Seperti yang dilansir oleh Nativeindonesia, kata "Naga" pada nama kampung ini merupakan kependekan dari "Nagawir", yang mengacu pada lokasinya yang berada di tepian jurang.Kampung ini dapat diakses dengan mudah oleh kendaraan pribadi dan kendaraan umum. 

 3. Desa Adat Ratenggaro, Sumba.

mengenal wisata di sumba

     
Berjarak 56 kilometer dari Tambolaka, Desa Ratenggaro dapat diakses via jasa travel dari Ibu kota Sumba Barat Daya tersebut. Melansir dari greatnesia.id, waktu tempuh dari Tambolaka ke desa ini berdurasi sekitar 1,5 sampai 2 jam lamanya.Nama Ratenggaro sendiri diadaptasi dari dua kata, yaitu "rate" yang berarti kuburan, dan "garo" atau "gaura" yang merupakan nama suku pertama yang mendiami desa ini.

    Salah satu daya tarik utama desa ini adalah rumah adatnya yang desa ini adalah rumah adatnya yang memiliki atap setinggi 12 meter. Banyaknya kubur batu peninggalan Zaman Megalitikum di desa ini juga menjadi daya tarik lain. Di tempat ini, kamu dapat melakukan berbagai aktivitas menarik, seperti menunggang kuda, mengenakan pakaian adat, serta mengunjungi Pantai Ratenggaro yang berjarak tak jauh dari desa.

4. Desa Trunyan, Bali.

Mengenal Desa Trunyan

    Berlokasi di Kecamatan Kintamani, Bali, Desa Trunyan merupakan desa tertua di Pulau Dewata yang terkenal dengan tradisi pemakamannya yang tidak biasa. Pasalnya, di desa ini, mereka yang meninggal akan dibiarkan membusuk di permukaan tanah dengan sekelilingnya dipagari bambu dengan panjang sekitar satu meter. Namun, tentu saja tidak di sembarang permukaan tanah, melainkan di bawah pohon Taru Menyan, sesuai dengan status dan cara kematian mayat yang "dimakamkan".

    Bukan tanpa alasan, masyarakat setempat percaya bahwa pohon tersebut mengeluarkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dari mayat-mayat tersebut. Sesuai dengan namanya, "taru" berarti pohon, sedangkan "menyan" berarti harum. Hingga saat ini, masyarakat Desa Trunyan masih memegang teguh tradisi dan adat-istiadatnya.


Komentar